Dua Persoalan Fasilitas di PT. CTLI

Serikat Pekerja Industri Morowali
3 min readJan 13, 2025

--

ilustrasi: SPIM

Sampai dengan saat ini para buruh di PT. Chengtok Lithium Indonesia (CTLI) mengeluhkan dua persoalan fasilitas di PT. CTLI. Dua persoalan tersebut, yakni 1) tidak adanya bus penjemputan buruh dan 2) pemberian Alat Pelindung Diri (APD) yang lama jangkanya.

Berikut penjelasannya.

  1. Tidak adanya bus penjemputan buruh

Para buruh di PT. CTLI harus merogok kantongnya untuk membayar portal sebesar Rp.2000-Rp.5000 ketika masuk bekerja. Sebagian besar buruh yang tinggal

Hampir semua buruh yang tinggal diluar perusahaan mengeluh karena pembayaran ini. Mau-tidak mau mereka tetap membayarnya supaya bisa terus ke tempat kerja. Karena tidak adanya bus penjemputan dari luar.

Adapun bus penjemputan buruh PT.CTLI hanya memfasilitasi orang-orang dari mess Jubir dan sejumlah TKA, yang berada dalam kawasan PT. CTLI itu sendiri. Padahal sudah menjadi kewajiban perusahaan untuk memberikan fasilitas bus penjemputan, kepada semua buruh yang bekerja di perusahaan tersebut.

2. Pemberian APD yang lama jangkanya

Para buruh di PT. CTLI juga harus mengeluarkan uang pribadinya untuk membeli perlengkapan APD kerjanya. Karena pemberian APD yang terlalu lama.

Mili, seorang buruh dari Departemen Produksi, Divisi Natrium Sulfat (Mili) berujar mengatakan:

“Saya belum pernah diberikan mantel dan sepatu boot. Walaupun saya sudah bekerja hampir setahun lamanya. Namun belum pernah dibagikan APD baru sebagai ganti APD lama yang sdh rusak.”

Mili sudah meminta ke admin, tapi atasannya bilang beli saja dulu menggunakan uang pribadi. Padahal di devisinya pada bulan 10/2024 lalu mereka di suruh me-list ukuran baju. Bahkan kata admin yang sudah 1 tahun dapat jatah 2 Pasang katanya.

Tetapi sampai sekarang mereka belum juga dibagikan. Ada pula buruh teman Mili yang sudah bekerja setahun lebih, namun hanya diberikan sepasang baju saja. Dan kalau baju APD-nya robek, mereka malah disuruh menjahitnya sendiri.

Dahlia, seorang buruh di Departemen Produksi, Devisi Lithium Sulfat, CR bagian stasiun gas juga mengeluhkan soal APD ini. Selain lama diberikan, juga dipersulit oleh perusahaan.

“Selain pembagian APD yang sangat lama, untuk menukarkan APD kita yang sudah rusak juga sangat dipersulit oleh perusahaan. Kita harus melapor dan membawa ke HSE sebagai prosedurnya. Kita bawa itu baju robek kasih lihat orang HSE. Kalau sudah sangat tidak layak mau ganti dengan APD baru, atau kadang APD bekas karyawan yang sudah resign tapi masih dianggap layak pakai.” Ujar Dahlia

Setelah itu mereka disuruh memperlihatkannya ke atasan di devisi. Lalu disampaikan ke foremen/penanggung jawab, kemudian foremen sampaikan ke admin untuk memberikan font pengambilan baju. Kalau sudah ada baju yang diganti, mereka disuruh lagi minta tanda tangan SPV. Setelah itu disuruh lagi membawa font kembali ke kantor HSE sendiri.

Dan seringkali orang HSE bilang saat mereka membawa baju APD yang sudah rusak: “kalau hanya robek sedikit, jahit sendiri saja.”

Merespon hal di atas Muh Safar selaku Ketua PUK SPIM PT. CTLI mengatakan:

“Harusnya perusahaan memberikan fasilitas bus penjemputan, dan juga APD dengan semestinya. Karena itu sudah menjadi kewajiban perusahaan kepada seluruh buruh yang bekerja. Padahal pihak HSE kerap kali mem-foto buruh di dalam kawasan yang tidak lengkap APD-nya saat bekerja. Tapi nyatanya perusahaan tetap abai.”

foto: Safar, Ketua PUK SPIM PT. CTLI

--

--

Serikat Pekerja Industri Morowali
Serikat Pekerja Industri Morowali

Written by Serikat Pekerja Industri Morowali

Serikat Pekerja Industri Morowali merupakan serikat pekerja yang berada di kawasan IMIP untuk memperjuangkan upah layak, K3 yang layak, dan lain-lain.

No responses yet